Friday, September 7, 2012

Kasus Dunia Financial Shenanigans


Kasus earnings management sudah terjadi sebelum Perang Dunia II (Preworld War II), khususnya tahun 1929 dan 1932, seperti kasus yang terjadi pada International Power yang melakukan cooking the books agar harga sahamnya tidak jatuh di bursa saham.

Kemudian dilanjutnya lagi dengan kasus Swindles, Con Artist dan Philip Musica yang didalangi oleh Charles Ponzi, Ivar Kraguer dan Philip Musica alias Frank Donald Coster yang menyebabkan investor dan bondolders menderita kerugian yang sangat besar. Charles Ponzi terkenal dengan melakukan Ponzi Scheme yaitu menjanjikan return yang besar bagi para investor yang mau menanamkan uang dalam perusahaannya. Selanjutnya, berkat jasa konsultan keuangan, The Boston lobe akhirnya terbongkar dan Ponzi dipenjara 10 tahun.

Selanjutnya Ivar Kraguer melakukan juga tindakan kecurangan keuangan melalui mekanisme pembentukan aktiva yang bodong (fictitious assets), kepada para investor dan kreditor. Ivar Kreguer berhasil membobol dana investor hampir sebesar USD 500 million.

Selanjutnya, tidak kalah menarik, adalah kasus yang menimpa McKesson & Robins yang didalangi oleh Frank Donald Coster, dengan melakukan penipuan pada persediaan (inventory) dan putang dagang (receivable) masing-masing sebesar USD 10 juta dan USD 9 juta.

Dari kasus McKesson & Robin kita dapat belajar perlunya independent auditor melakukan stock
opname terhadap fisik barang secara hati-hati (due care) terhadap inventory yang dimiliki perusahaan.

Kasus-kasus earning management (fraudulent financial statement) sepertinya tidak akan pernah lepas dari profesi akuntansi, dimana kecenderungan yang terjadi semakin menunjukkan adanya trend yang meningkat, seperti :
The Great Salad Oil Swindle – 1963
Manajemen melakukan rekayasa pada angaka inventori oil (overstated) dimana persediaan oil tersebut sebenarnya tidak ada (kosong) sehingga investor dan kreditor mengalami kerugian sebesar USD 175 juta.
Equity Funding Corporation – 1970
Manajemen melakukan pengakuan pendapatan secara tidak benar sebesar USD 2 milyar dan memiliki fake asset sebersar USD 100 juta. Stanley Goldblum sebagai former president dan co founder dipenjara 8 tahun.
Welbilt Electronoc Die Corporation (Wedtech), 1980
Manajemen perusahaan melakukan manipulasi pada pengakuan pendapatan (revenue recognition) dengan percentage of completion method serta melakukan bribes terhadap governement agency. Total kerugian yang diderita adalah USD 105 million.
Lincoln Saving & Laon, 1989-1992
Manajemen melakukan fake asset dalam bentuk junk bond dan pengambilan dana untuk kepentingan pribadi dan keluarga pendiri yang mengakibatkan perushaan bangkrut. Tuntutan yang diajukan kepada pendiri adalah sebesar USD 1,1 billion. Keluarga Keating mendapatkan tuntutan untuk menyelesaikan kepada 23.000 para deposan. Dalam keputusan pengadilan tahun 1992 Keating dipenjara untuk jangka waktu 10 tahun.
Adelphia
Adanya kemungkinan tidak mengungkapkan hutang sebesar US$ 3,1 milyar dan jaminan kepada keluarga pendirinya secara memadai.
Computer Associates
Adanya kemungkinan menggelambungkan pendatapatan yang fiktif dan memberikan imbalan jasa kepada top executive secara tidak memadai.
Dynergy
Adanya kemungkinan menggunakan transaksi “Project Alpha”-nya untuk memangkas pajak dan meningkatkan cash flow secara fiktif. Diakui telah menggelembungkan laba (earnings) secara tidak layak dan menyembunyikan hutang melalui bisnis partnership.
Global Crossing
Adanya kemungkinan menjual kapasitas telekom untuk menggelembungkan pendapatan kas tahun 2001 secara fiktif.
Qwest Communications
Adanya kemungkinan menciptakan cadangan “cookie jar” yang seharusnya digunakan untuk menutup beban merger tetapi digunakan untuk mengelembungkan laba (keuntungan), dan adanya kemungkinan untuk mengatur keuntungan atas akuisisi dengan cara mempercepat pengeluaran-pengeluaran pre-merger.

Worldcom
Kemungkinan pemakaian metode yang dipertanyakan dalam membukukan penjualan, pengelompokkan aktiva dan piutang yang tidak tertagih.
Xerox
Didenda IS$ 10 juta tanpa mengakui atau menyangkal kesalahan untuk menggelembungkan pendapatan dan laba dari tahun 1997 sampai 2000 dengan mengakui pendapatan atas kontrak-kontrak yang penerimaannya di masa mendatang.
Royal Dutch Shell
Didenda oleh SEC sebesar US$ 120 juta akibat melakukan misstatement terhadap persediaan minyak (reserve) yang memilikinya (lihat cuplikan dari The Jakarta Post, 31 Juli 2004).
Royal Ahold
Melakukan pervasive earning management terhadap laporan keuangan yang dilaporkan kepada SEC ( lihat cuplikan berita koran dari Business Week Online, 17 Mei 2004).

Kasus-kasus tersebut hanya merupakan contoh dari sebagian kasus yang ada didunia yang terungkap dan masing banyak lain kasus-kasus lain yang karena kepandaian manajemen tidak dapt terdeteksi ke permukaan. Riset akuntansi yang dilakukan oleh Daniel L Kohen (University of Southern California) dan Thomas Z Lys (Kellogg School of Management) dalam bulan Februari, 2005 menunjukkan bahwa trend earning management diprediksi mengalami peningkatan walaupun Sarbanes Oxley Act tahun 2002 telah berlaku efektif.

No comments:

Post a Comment